TARUTUNG
- Belum sepekan setelah satu keluarga dibakar massa di Sumatera Utara
karena dituding melakukan praktik santet, tindakan anarkis kembali
terjadi di Tapanuli, hari ini.
Kali
ini terjadi di Dusun 4 Partangga Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon.
Aksi anarkis warga bermula saat rapat sosialisasi warga bersama pihak
kepolisian, unsur pimpinan kabupaten, dan kecamatan di salah satu
gereja setempat.
Pada
saat pertemuan tiba-tiba ada permintaan warga agar keluarga Paris
Manalu diusir dari desa, karena diduga memelihara begu ganjang. Emosi
warga memuncak ketika salah satu warga yang sakit diduga terkena
gangguan begu ganjang, Lena Sihombing (15), mendadak tidak sadarkan
diri saat dibawa ke gereja, tempat rapat berlangsung.
Melihat kondisi Lena, warga lainnya mulai panik. Mereka berhamburan keluar gereja.
Sekelompok
warga mulai bergerak menuju rumah keluarga Paris Manalu. Warga yang
marah, berusaha mencari dan menyerang keluarga Paris ke rumahnya yang
berjarak sekira 100 meter dari lokasi gereja. Bentrokan pun terjadi
antara warga dan keluarga Paris.
Salah
satu putri Paris Manalu dianiaya, ditendang, dan dipukuli dengan kayu.
Tak puas, warga juga merusak rumah korban dan melemparinya dengan batu.
Peris sendiri mengalami luka pada wajahnya setelah terkena serpihan
kaca jendela rumahnya yang dirusak warga.
Di
tempat terpisah, kelompok warga lainnya juga bergerak ke rumah Anggiat
Manalu, yang juga kerabat Paris Manalu. Rumahnya berjarak sekira 150
meter dari gereja. Warga berusaha membakar rumah korban, dengan membawa
minyak tanah dan beberapa batang kayu.
Api
sempat melalap beberapa bagian rumah korban. Beruntung polisi sigap,
api tidak sempat membesar sehingga dapat dipadamkan. Polisi juga segera
mengamankan situasi. Setelah bentrokan mereda, polisi kemudian
mengamankan 22 warga yang diduga sebagai provokator, pelaku
penganiayaan, dan perusakan rumah korban.
“Saya
sangat menyesalkan kejadian ini. Padahal kita bersama unsur pimpinan
daerah sudah berusaha menenangkan warga agar jangan sampai bertindak
anarkis. Yakni dengan melaksanakan sosialisasi terkait isu begu ganjang
yang meresahkan warga tersebut,” papar Wakapolres Taput Kompol Marthin
Nasution, di lokasi kejadian, Selasa (18/5/2010).
Marthin
mengatakan, seluruh keluarga korban kini telah diamankan polisi.
Tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah amukan massa. Hingga kini
polisi masih menjaga ketat sekitar desa.
“Kami telah mengamankan para pelaku dan keluarga korban. Sedikitnya 70 personel Polres Taput ditambah personel dari Polsek Sipoholon dikerahkan,” terang Marthin.
Sebelumnya,
pada Sabtu pekan lalu, tiga warga Dusun Buntu Raja Desa Sitanggor,
Kecamatan Muara, tewas dibakar hidup-hidup. Peristiwa sadis itu juga
dipicu oleh isu begu ganjang. Dari 101 warga yang sempat diamankan,
hanya 55 yang ditetapkan sebagai tersangka. Sebanyak 13 di antaranya
masih buron, dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). (Baringin Lumban Gaol/Koran SI/ton)
0 Sian akka dongan:
Posting Komentar