Kasus Begu Ganjang, Manalu Maafkan Emosi Warga

TARUTUNG - Keluarga Paris Manalu yang dianiaya warga Dusun 4, Partangga, Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholoon, Tapanuli Utara (Taput) akibat dituding memelihara begu ganjang mengaku pasrah dengan perbuatan warga serta memaafkan mereka. 


Paris manalu yang ditemui, Rabu (19/5/2010), mengatakan bahwa dia dan keluarganya tidak memiliki dendam kepada para warga yang telah menganiaya bersama anaknya yakni Anggiat Manalu (35) dan menantunya istri dari Anggiat, Rosmawati Siregar (37) beserta ketiga cucunya, Ampuan Parasian (11), Tulus Roha (4), dan Nia Febrina (1).

“Sedikipun tidak, kami berserah kepada Tuhan saja, sebab Tuhan tau apa yang kami lakukan serta Tuhan juga tau bagaimana kami mengikuti ajaran kasihnya,” jelasnya dalam bahasa Batak.

Paris yang diungsikan bersama istrinya Dameria br Situmeang, (56), serta anak, menantu, dan ketiga cucunya di Polsek Sipoholon mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengerti apa yang membuat warga menuduh mereka sebagai pemelihara begu ganjang. Sebab dalam lingkungan sosialpun mereka cukup baik demikian juga dalam acara adapt mereka sangat taat pada aturan yang dibuat di desa tersebut.

“Saya seorang petani, anak saya dan istrinya berjualan. Kami tidak mengerti apa sesungguhnya yang terjadi. Karena itu kami hanya berserah kepada Tuhan,” jelasnya.

Sementara itu, dari hasil pengembangan kasus terakhir, menyebutkan bahwa warga sekitar banyak yang memiliki utang di warung keluarga Manalu. Bahkan diduga kuat ada rasa sentimen pribadi atas terhadap keluarga Manalu.

“Itu masih infomrasi terbaru, dan sampai saat ini tim kita masih mencari fakta lain dibalik tindakan sadis warga Sipoholon tersebut,” terang Kasat Reskrim Taput, AKP Rakhman Anthero Purba.

Untuk diketahui bahwa aksi anarkis warga bermula saat rapat sosialisasi warga bersama pihak kepolisian, unsur pimpinan kabupaten, dan kecamatan di salah satu gereja setempat. Pada saat pertemuan tiba-tiba ada permintaan warga agar keluarga Paris Manalu diusir dari desa, karena diduga memelihara begu ganjang.

Emosi warga memuncak ketika salah satu warga yang sakit diduga terkena gangguan begu ganjang, Lena Sihombing (15), mendadak tidak sadarkan diri saat dibawa ke gereja, tempat rapat berlangsung.

Sekelompok warga mulai bergerak menuju rumah keluarga Paris Manalu. Warga yang marah, berusaha mencari dan menyerang keluarga Paris ke rumahnya yang berjarak sekira 150 meter dari lokasi gereja. Bentrokan pun terjadi antara warga dan keluarga Paris.
(Baringin Lumban Gaol/Koran SI/teb)

1 Sian akka dongan:

Anonim mengatakan...

KEJADIAN INI SANGAT SISAYANGKAN TERJADI DI DAERAH MASYARAKAT KRISTIANI,TERNYATA IBADAH SETIAP HARI MINGGU ADALAH SEREMONIAL BELAKA TANPA PERUBAHAN MENTAL. TUGAS PEMIMPIN ROHANI. PENDETA DAN PENETUA UNTUK BERPERAN SANGAT DIHARAPKAN UNTUK MENYADARKAN MASYARAKAT.PERISTIWA INI ADALAH PRILAKU BATAK KUNO YG BELUM MENGENAL HUKUM DAN PENDIDIKAN.

Posting Komentar