Sumber :
WWW.SEPUTAR-INDONESIA.COM
Seputar Indonesia– MNC Newspaper
Baringin Lumban Gaol
DOLOKSANGGUL– Pascagempa dan tsunami yang melanda Jepang,
ekspor kopi organik dari Lintong Ni Huta, Kabupaten Humbang Hasundutan
(Humbahas) tersendat ke Negeri Matahari Terbit itu terganggu.
Para petani yang tergabung
dalam Koperasi Asosiasi Kopi Lintong Organik (Apklo) mengaku belum bisa
memprediksi kapan ekspor kopi ke Jepang kembali pulih. Pasalnya, hingga saat
ini belum ada tanda-tanda permintaan kopi organik Lintong Ni Huta dari sejumlah
distributor di Jepang kembali normal. Akibat belum adanya permintaan, sejumlah
petani kopi organik lintong yang tergabung dalam Koperasi Apklo memilih untuk
memasarkan kopinya ke pasar umum.
Padahal, selama ini kopi yang mereka produksi dengan pengolahan istimewa tersebut lebih diprioritaskan untuk pasar ekspor Jepang. ”Kami belum dapat memprediksi kapan bisa pulih. Selama ini, yang banyak menerima kopi organik kita itu tempat minum kopi dan juga supermarket yang tersebar di sejumlah kota di Jepang,” papar General Manager Apklo Gani Silaban kepada SINDO,kemarin di Naga Saribu.
Padahal, selama ini kopi yang mereka produksi dengan pengolahan istimewa tersebut lebih diprioritaskan untuk pasar ekspor Jepang. ”Kami belum dapat memprediksi kapan bisa pulih. Selama ini, yang banyak menerima kopi organik kita itu tempat minum kopi dan juga supermarket yang tersebar di sejumlah kota di Jepang,” papar General Manager Apklo Gani Silaban kepada SINDO,kemarin di Naga Saribu.
Gani menjelaskan, berdasarkan komunikasi terakhir dengan pihak eksportir kopi di Jepang menyebutkan banyak pasar swalayan dan pusat penjualan kopi yang rusak parah. Kerusakan juga terjadi di sejumlah tempat pemanggangan kopi di Jepang.”Kami berharap ekspor kopi ke Jepang bisa segera normal kembali,”ujarnya.
Pertahankan Kualitas
Sementara itu, pengamat pertanin Tapanuli Lambas Hutasoit menuturkan, meskipun ada penurunan permintaan kopi dari Jepang untuk Apklo, para petani yang tergabung di dalamnya diharapkan tetap mempertahankan kualitas kopi dengan sistem pengolahan organik. Jika pengelolaan kopi dilakukan seperti pengelolaan pada umumnya, kualitas dan produksi kopi akan menurun drastis dan sulit diperbaiki kembali.
”Kalau kopi organik itu memang sudah memiliki pasar tersendiri.Karena itu,jika nantinya terkontaminasi dengan pola perawatan kopi pada umumnya, akan sangat berdampak pada produksi. Contohnya jika petani menggunakan pupuk kimia dalam perawatan,” paparnya. Lambas mengatakan, untuk saat ini kopi di pasar umum juga mengalami kenaikan harga. Bahkan,harganya setara dengan harga ekspor.
Menurut dia, keputusan petani untuk memasarkan kopinya di dalam negeri juga sudah tepat sambil menunggu permintaan ke Jepang kembali normal. ”Jadi meskipun akhirnya harus dijual ke pasar umum,kualitas kopi organik dari Lintong Ni Huta itu harus dipertahankan. Sebab, itulah spesifikasi kopi dari Humbahas,”tandasnya.
0 Sian akka dongan:
Posting Komentar